cerpen, MUSIM DEMI MUSIM

KALAU KAU MENGINGATKU, PERCAYALAH AKUPUN AKAN MENGINGATMU

Acne tersenyum sendiri. Kata-kata dari Nico dua tahu lalu. Kadang seharusnya ia benci pada laki-laki itu. Perjalanan yang panjang bersama Nico, harus diakhiri dengan perpisahan yang menyakitkan. Tapi entah kenapa Acne masih merindukan kebersamaan itu

Nathan menjajari langkah acne.

PENDAR-PENDAR ITU MELIUK. ANGKASA YANG PUALAM. ABU GELAP, DALAM DERAP YANG SAMA. TAK ADA GANDENG TANGAN. CERITA LANJUTAN, ATAU VERSI KEDUA DENGAN JUDUL NATHAN...

"Sebutkan 3 alasan kenapa kau mengajaku kemari?" Nathan menyadari ada yang istimewa di hati Acne dengan tempat ini.
"Tak ada apa-apa, kau kan tinggal mengikutiku"
"mencoba menemukan kembali cintamu?" Acne menhentikan langkahnya.
"kau bisa meninggalkanku sekarang"
"dan tak akan pernah bisa menyadarkanmu.." Acne mendengus.

LOMPATAN-LOMPATAN CERITA MENGEMBANG. JEJAK SAMAR YANG MENGHANGAT. SETENGAH NAFASKU TERLALU BERHEMBUS UNTUKMU NICO.....

Acne memperhatikan wajah Nathan. Mulai memudarkan kekanakannya. Seperti rautnya saat berada dalam diskusi-diskusi resminya.
"Dua tahun sekali aku jatuh cinta"
"tunggu aku dua tahun lagi" Nathan menantang tatapan Acne
"Bagaimana bila aku telah menikah?"ledek Acne, Nathan baginya bocah dengan kekonyolan yang aneh. Berkenalan dengan Nathan membingungkan, usianya dua tahun lebih muda. Tapi tumpukan kata-katanya jelas tak krang darinya. Tapi tetap Nathan adalah 'bocah' dalam benak Acne.

"Aku tak mau cepat dewasa. Nikmati perjalanan hidup dengan batas pemikiran yang wajar. Toh ada jalur-jalur yang memang telah mengaturku, usaha berbanding seimbang dengan keinginan" jengkel rasanya Acne harus setiap saat mencerna ucapan Nathan. Sok bijak.

PEPERANGAN YANG MELELAHKAN. DENGAN APA HARUS KUNIKMATI DIRIMU. KESEMPURNAAN TELAH ADA PADAKU, MENYIRAPKU TAK MENGENYAMMU. KARENA SURGAKU ADALAH NICO.

"Acne..!" Nathan menarik ujung rambut Acne.
"Aduhh"
"Sudah mulai membandingkanku ya?" Acne meninggalkan Nathan begitu saja. Bocah itu selalu bisa menebak apa yang ada di otakku.

GETIR-GETIR, ADA CERITA MANIS. TAPI GETIR YANG TERANYAM. TETAP PADANYA PENDARKU BERSARANG. LALU GUNA APA INI DARI CINTA? MENGALAHKANKU BEGITU SAJA. APA HIDUP DENGAN KENANGAN, ADALAH HIDUP SEBENARNYA? LALU KENAPA NATAHAN BERBEDA DENGAN NICO???

"Sejak kau tahu aku menyukaimu. Kau tak pernah mendengarkanku lagi..." Nathan menyerahkan kembali sapu tangan milik Acne. "Aku bisa memilikimu dengan cara yang lain. Tapi satu, tak ada kebaikan yang sama Ac.., kau memberi Nico tawa setiap saat, kau memberi sapu tangan ini padaku. Kau lebih lama hidup dariku bukan berarti kau lebih dulu merasakan sesuatu dari pada aku. Seperti kau tahu Ciplukan karena aku yang memberitahumu, karena aku telah mengetahunya lebih dulu darimu. Bukan karena kau lebih dulu hidup dariku, apa yang kau lihat lebih banyak dari yang kulihat. Seperti kehilanganmu, kau tak pernah mau sekalipun memintaku untuk sekedar bertanya bagaimana melupakan Nico? Karena hanya alasan itu yang membuatmu sama sekali tak mengindahkanku."

AKU DALAM CEKAT. GELAP DAN PEDIH. WAKTUKU SUDAH MULAI KALAH. KENAPA TAK COBA SELAMI. DALAM DASAR ADA GAMBARAN. BUKAN SAMA BERARTI BAIK. TAK ADA CETAKAN SERUPA. TAPI RABA SAJA.

"Nathan..." Acne mendekati Nathan dengan senyum "Kau kuberi kesempatan sekali, bahwa kebaikan yang kau miliki tak kalah dengan Nico" Nathan tertawa.

JAGAT RAYA YANG MULAI CERIA

"Kenapa tak berkata untuk dirimu sendiri. Hai Acne kuberi kau kesempatan untuk buktikan ada yang baik lagi selain Nico." Acne cemberut.
"Itulah gadis. Sedikit manja, dan selalu ingin diistimewakan. Atau akan kau lihat gadismu ini, kembali mendekam dalam kenangan."
"Acne.. Acne.., tak ada orang yang memilih makan roti dalam mimpi dari pada makan roti sama keju dalam kenyataan..."
"Aku tak suka keju..!" Nathan tergelak. Dengan cepat diciumnya Acne...

LANGIT MERAH JAMBU. BUKAN SALAH BILA TERKENANG. TAPI SALAH BILA TERPAKU DENGAN KENANGAN...

"Aku suka kau cium..." Acne tersipu